Sabtu, 19 Januari 2013

FF: Memories of Love


Memories of Love
“Untuk seseorang yang kusayangi…”
Main Cast                    : Kim Myungsoo, Jung Hyerin
Cameo / Other Cast    : You can find them  he
Genre                          : Sad, Romance, Tragedy (?).
Length                         : Oneshoot
Warning! Typo’s, gaje, and other XD!

                                          
*
Dimana ada Hyerin pasti ada Myungsoo, mereka bagaikan Romeo dan Juliet selalu bersama. Mereka dilahirkan pada hari yang sama, waktu yang hampir bersamaan, dan tentunya dari rahim  ibu mereka masing –masing. Mungkin Myungsoo kurang beruntung daripada Hyerin karena ayahnya sudah meninggal sebelum dia keluar menatap dunia.
Kini sudah 18 tahun umur mereka berdua, banyak perubahan sudah diantara mereka.
Hyerin sedang bersandar dibawah naungnya pohon yang berdaun rimbun.
“Ah, segarnya,” gumam Hyerin.
Seseorang menutup mata Hyerin dengan kedua tangannya.
“Myungsoo lepaskan!” tebakan Hyerin memang benar, Myungsoo terkekeh.
“Kenapa kau disini?” tanya Myungsoo.
“Aku menunggu seseorang,” balas Hyerin. Kening Myungsoo bertaut tidak mengerti ucapan yang barusan dilontarkan Hyerin.
“Hyerin, apa yang kau inginkan suatu saat nanti?”
“Aku ingin melihat bintang jatuh bersamamu, dan mengucapkan sebuah permohonan.”
“Kira-kira permohonanmu apa? Menginginkan aku menjadi gitaris terkenal?”
“Aish, pikiranmu itu. Memang tidak ada yang lain apa?” gerutu Hyerin.
Myungsoo terkekeh, ia mengambil headset dari kantong celananya ia memasangkan ketelinga kanan Hyerin lalu memutar MP3 nya.
“Bagaimana permainan gitarku? Kerenkan? Pasti kau terpukau!” kata Myungsoo, setelah selesai mendengarkan.
“Kau itu terlalu narsis, permainanmu masih jelek. Seharusnya kau belajar dengan Sungjong, semua lagu yang pernah ia mainkan pasti keren.”
Myungsoo mendengus, “Sungjong itu memainkan piano bukan gitar.”
“Tapi dia keren bermain, selalu menyentuh hatiku.”
Myungsoo mendengus, ‘Tak bisakah kau membanggakan aku sedikit saja?  Jangan selalu Sungjong, ck!’ Myungsoo berdecak kesal dalam hatinya.
“Kau bicara apa dalam hati?” tanya Hyerin.
Nothing.”
“Jangan sok bisa bahasa inggris Myungsoo-ah!”
“Daripada kau tidak bisa sama sekali.” Myungsoo menjulurkan lidahnya dipengakhiran kalimatnya, dan berlari sebelum Hyerin mengejarnya.
*
Hari yang melelahkan! Tak ada satupun orang yang ada dirumah, Myungsoo langsung kedapur. Ia ingin memasak makanan kesukaannya. Lalu memakannya.
Hyung1, kau sudah pulang,” sapa adiknya, Moonsoo.
Ne2, eomma3 mana?” tanya Myungsoo.
“Aku tidak tahu,” balas Moonsoo seraya mengangkat bahunya.
Hyung,” panggil Moonsoo.
“Hmm?”
“Apa kau pernah merasakan jatuh cinta?” tanya Moonsoo.
Myungsoo mengernyitkan dahinya, “Sepertinya tidak, sudahlah aku lelah. Aku ingin tidur,” kata Myungsoo dan meninggalkan Moonsoo sendirian.
“Ya! Dasar tukang tidur.”
Myungsoo mengunci kamarnya, ia masih memikirkan ucapan Moonsoo barusan. Apa ia jatuh cinta? Ayolah, rasanya tak mungkin.
*
Sinar mentari pagi bersinar menembus jendela kamar Myungsoo, menyilaukan Myungsoo, sehingga ia terbangun. Myungsoo mengucek matanya.
Myungsoo berjalan keruang tamu, ia sudah dikagetkan dengan 2 laki-laki berjas hitam sedang berbicara dengan eommanya.
“Myungsoo, bisa bicara sebentar dengan eomma?” Myungsoo mengangguk dan mengikuti jalan eommanya.
“Myungsoo, kau…” jelas eommanya panjang lebar.
Mwo4?” Ada raut wajah tidak suka dari Myungsoo.
“Ayolah, jangan buang kesempatanmu. Bukankah kau ingin menjadi gitaris terkenal?”
Semua pernyataan eomma Myungsoo memang benar, tapi ia tak rela kalau jika sudah sukses harus meninggalkan Korea. Sedangkan ia menyukai Hyerin, semalaman Myungsoo tidak bisa tidur dan banyak bertanya dengan Moonsoo apa yang dimaksud jatuh cinta.
“Myungsoo.” Eomma Myungsoo menggoncangkan tubuh Myungsoo.
“Eh, wae5 eomma?”
“Kau melamun? Apa kau memikirkan perempuan itu? Dia akan bahagia bersama Woohyun,” eomma Myungsoo langsung menutup mulutnya, ia keceplosan.
“Apa maksud eomma?” tanya Myungsoo.
“Hyerin akan menikah dengan Woohyun,” jelas eomma Myungsoo merasa bersalah karena telah memberi tahu hal yang seharusnya tidak boleh diketahui Myungsoo.
“Ooh… aku harap mereka akan bahagia,” ucap Myungsoo mencoba tersenyum tapi hatinya sakit. Setelah ia tahu dia mencintai Hyerin. Hyerin ingin bertunangan?
Myungsoo sudah menandatangani kontrak dengan sebuah perusahaan yang menampung bakat-bakat seseorang, seperti Myungsoo.
Besok Myungsoo sudah takkan tinggal di rumahnya lagi, ia ingin berpamitan dengan Hyerin.
Seperti biasa Myungsoo menemui Hyerin yang selalu duduk dibawah pohon. Myungsoo menghampirinya, meskipun ada Woohyun.
“Myungsoo, aku sudah lama menunggumu bersama Woohyun. Kemana saja kau. Eoh?!” tanya Hyerin.
“Aku ada urusan, memangnya kenapa?”
“Aku ingin kau bermain gitar,” balas Hyerin.
“Tidak biasanya kau ingin aku bermain gitar.”
“Kali ini aku mau, hehe.” Hyerin tertawa manis. “Pakai gitar ini saja ya, ini pemberian eommaku untukku sayangnya aku tidak bisa bermain jadi, ku mohon mainkan untukku. Jebal6!” pinta Hyerin. Mana mungkin juga ia menolak, ini adalah hari terakhirnya melihat Hyerin. Mungkin.
“Baiklah,” ucap Myungsoo pada akhirnya.
Myungsoo memainkan gitar itu, petikan yang indah.
“Gitar itu untukmu,” ucap Hyerin setelah Myungsoo selesai bermain.
Myungsoo mengernyit heran, “Apa maksudmu?”
“Tidak apa-apa, suatu saat nanti kau akan menyadarinya,” balas Hyerin.
Hening…
“Aku punya dua voucher makan gratis di restoran cumi-cumi. Apa kalian mau?” tawar Woohyun, yang sedari tadi tidak bicara.
“Boleh juga, aku lama tidak makan cumi,” balas Hyerin. ‘Bahkan tidak pernah setelah kejadian itu,’ sambung Hyerin dalam hati.
“Myungsoo, apa kau mau ikut? Tempatnya tidak jauh dari sini.”
“Baiklah.”
Setelah mereka selesai makan, keadaan hening lagi.
“Ada yang ingin kubicarakan,” ucap Myungsoo.
“Apa?” tanya Woohyun dan Hyerin hampir bersamaan.
“Aku besok akan pergi, aku ingin mewujudkan impianku menjadi gitaris terkenal,” lirih Myungsoo. Ia menunduk lesu. Hyerin pasti akan mengeluarkan kalimat yang memaksa dia jangan pergi.
“Ooh, semangat!” ucap Hyerin sambil mengepalkan tangannya.
“Bagaimana kita melihat bintang dan bulan malam ini untuk yang terakhir?” tanya Myungsoo.
“Aku setuju!”
Mereka bertiga berjalan ke sebuah tempat yang tidak terlalu jauh, disana bisa melihat bintang dan bulan yang begitu indah.
“Hyerin, ada yang ingin aku sampaikan,” ucap Myungsoo dengan raut wajah serius.
“Apa?”
“Aku menyukaimu dan harapanku kita bisa bertemu lagi,” bisik Myungsoo.
Sebuah bintang jatuh dilangit.
“Hei, kalian berdua berikan permohonan kalian ada bintang jatuh!” pekik Woohyun sambil menunjuk kearah bintang.
“Ah! Ne, hyung.”
‘Apa yang kau harapkan Hyerin-ya?!’ batin Myungsoo.
*
Myungsoo menarik kopernya, diluar rumahnya sudah ada taksi yang siap menjemputnya. Berat rasanya, meninggalkan kenangannya di sini, tempat ia dilahirkan.
“Myungsooo!!” pekik seseorang dari kejauhan.
“Woohyun hyung?” Myungsoo mengernyitkan dahinya, kenapa Woohyun berlari-lari?
“Gawat,” ucap Woohyun yang masih ngos-ngosan habis berlari.
“Apa, hyung?”
Woohyun menarik nafas dalam-dalam, “Hyerin masuk rumah sakit, gara makan cumi-cumi kemarin. Aku baru tahu kalau dia alergi cumi-cumi.”
Flash Back
“Hyerin-ah, kenapa kau tidak memakan cumi-cumi buatan eommaku? Padahal enak,”  ucap Myungsoo.
Hyerin menggeleng. “Aku tidak suka, sudahlah jangan bicara tentang cumi-cumi.”
End Flash Back
“Jadi dia punya alergi itu?”
“Cepat ikut aku kerumah sakit, siapa tahu kau bisa membantu kesembuhannya,” ucap Woohyun menarik-narik lengan Myungsoo.
“Tapi, hyung. Kau kan calon…”
Woohyun menarik lengan Myungsoo tanpa kompromi.
Sesampainya dirumah sakit...
Hyerin masih terbaring lemah di ranjang, Myungsoo membelai pelan rambut Hyerin.
“Hyerin, tunggu aku. Aku akan kembali,” bisik Myungsoo.
Hyung, jaga Hyerin ya. Aku pergi, annyeong7!” Myungsoo membungkukan badannya, lalu pergi.
Taksi itu ternyata mengikuti Myungsoo dan Woohyun kerumah sakit.
“Kau mengikuti kami ya ajussi-ssi8? Mianhamnida9, sudah membuatmu menunggu.”
“Iya, tidak apa-apa. Oh, sebaiknya kita pergi sekarang kita harus chek-in ke bandara,” jelas Ajussi.
Ajussi, gitar ku ketinggalan, bisakah kita kerumah sebentar,” ucap Myungsoo, melihat gitar pemberian Hyerin lupa ia masukkan.
‘Selamat tinggal Korea,’ batin Myungsoo.
*
Sesampainya di Jepang, Myungsoo menunggu ia di jemput. Dia baru pertama kali ke Jepang.
“Benar anda Tuan Kim Myungsoo?” tanya seseorang dengan sopan memakai bahasa Korea yang bisa dianggap berantakan.
“Iya.” Myungsoo mengangguk.
“Ikuti saya,” ucapnya lagi.
“Cepat masuk.”
Sebuah mobil yang mewah dimata Myungsoo, ia naikki? Ia tak bisa berkata apa-apa lagi, sejak ayahnya meninggal hidupnya berubah. Senang sekaligus sedih yang Myungsoo rasakan saat ini.
“Kita sudah sampai.”
“Tempat apa ini?”
“Ini adalah tempat dimana anda harus belajar bahasa Jepang dan setelah anda selesai belajar anda akan belajar bermain gitar yang bagus, cepat keluar. Mungkin Hana-chan sudah menunggu,” jelasnya. “Nama saya Haruka Taito...”
“Taito, apa ini yang bernama Kim Myungsoo?” tanya seseorang laki-laki yang tiba-tiba sudah ada disebelah –orang yang bernama Haruka-.
“Iya, oniisan10.”
“Myungsoo, anda ikut dengan orang ini ya.”
Myungsoo mengikuti langkah orang itu.
“Aku kakak laki-laki Taito, namaku Kanazawaru Haruka. Bahasa Koreanya masih tidak bagus, kau tidak kesulitankan dengan bahasa Koreanya yang aneh itu?” tanya orang yang bernama Kanazawaru. Bahasa Koreanya memang bagus dibandingkan Taito.
“Ah, iya. Tidak apa-apa.”
“Kita sudah sampai diruang Hana-chan, kau akan belajar disini. Aku tinggal dulu ya.”
“Kau yang bernama Myungsoo? Kenapa direktur merekrut mu? Jauh-jauh diambil dari Korea, seberapa besar bakatmu itu?” ucapannya terdengar kasar. “Namaku Hana Akira, kau bisa memanggilku dengan sebutan Hana-chan.”
“Kau bisa mainkan gitar yang kau bawa itu?” tanya Hana.
“Ah, iya.” Myungsoo tak ingin banyak bicara, awal bertemu saja ia sudah ketus begitu.
Petikan demi petikan terdengar.
“Cukup, sampai disitu saja. Nadanya tidak bagus,” komentarnya.
“Sepertinya kau harus banyak berlatih, tapi hari ini sampai disini saja. Oh, ya. Jangan pernah bertanya kenapa bahasa Korea ku bagus. Aku pergi dulu, jangan lupa besok datang lagi kesini.”
Myungsoo mendengus, baru pertama kali ia menemukan perempuan secerewet dia.
“Myungsoo, ikut aku setelah ini kau akan belajar bahasa Jepang,” ucap Kanazawaru yang sudah berada disamping Myungsoo.
*
Hari demi hari berlalu, Myungsoo sudah debut di Jepang. Bahasa Jepangnya pun sudah lumayan bagus. Hari ini tidak ada latihan ataupun acara yang harus didatanginya. Ia menyalakan televisi yang ada dikamarnya. Untuk menghilangkan rasa rindunya pada Korea ia selalu memilih channel tv yang menyediakan berita dari Korea yang aktual.
Ponsel Myungsoo berdering, Woohyun menelponnya? Akhir-akhir ini ia jarang berhubungan dengan Woohyun ada kabar apa?
“Myungsoo-ya, dengarkan aku baik-baik. Mianhae, aku tidak memberitahumu sebelumnya. Hyerin sakit parah setelah kepergianmu, kau juga jarang memberi tahu keadaanmu disana. Dia terus memikirkanmu...”
“Langsung keintinya saja,” potong Myungsoo cepat.
“Rumah sakit tempat Hyerin dirawat terbakar,” rasanya detak jantung dan nafas Myungsoo terhenti, ponselnya pun terjatuh.
‘Hyerin?’
Tok...tok...
Pintu kamar Myungsoo diketuk.
“Myungsoo apa kau didalam?” tanyanya. “Aku Osawa,” tambahnya lagi.
Karena tak dapat sahutan dari dalam, Osawa mendobrak kamar Myungsoo.
“YA! Kim Myungsoo, Myungsoo.” Osawa menggucang-guncangkan bahu Myungsoo.
Akhirnya Myungsoo dibawa ke rumah sakit, semuanya tampak panik. Dokter yang memeriksa Myungsoo keluar.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Osawa.
“Dia hanya shock saja, ia akan baik-baik saja,” jelas dokter.
Osawa bernafas lega, syukurlah tidak terjadi hal yang begitu parah dengan Myungsoo.
*
Myungsoo mengemasi barang-barangnya, ia akan kembali ke Korea. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ibunya, errr... soal Hyerin? Myungsoo juga tak tahu harus berbuat apa. Hyerin tidak ditemukan jasadnya.
Tok.. tok..
“Tuan, saya Tatsuya. Ada sebuah kotak yang diberikan untuk anda,” ucap Tatsuya, pesuruh yang dikerjakan ditempat yang ditinggali Myungsoo saat ini.
“Iya, terimakasih,” Myungsoo tersenyum seraya mengambil kotak yang diberikan untuknya.
‘Apa ini?’ batin Myungsoo. ‘Ada surat, dari Hyerin?’

Dear Myungsoo,
Apa kabarmu disana Soo-ah? Kau baik-baik saja kan? Aku terlalu berbasa-basi. Aku disini masih menunggumu, apa kau tahu aku tidak menikah dengan Woohyun. Apa dia memberitahumu? Mungkin tidak.
Aku menulis pesan ini disela aku terbaring dirumah sakit, aku tidak ingin terus-menerus menyusahkan orang yang ada didekatku. Termasuk kau. Aku memakan cumi-cumi, kukira alergi itu tak akan kambuh lagi, ternyata kambuh. Maaf ya sudah merepotkanmu, padahal waktumu tinggal sedikit dan kau harus ke bandara. Tapi, kau malah menjengukku kerumah sakit.
Apa kau menyukaiku? Aku juga, tapi sepertinya kita tidak mungkin bertemu lagi. Saat kau, aku dan Woohyun oppa, melihat bintang. Aku memohon, ‘Semoga kau sukses, jika kemudian hari kita akan bertemu kau tak akan mengenaliku.’
Maafkan aku, aku tak ingin kau melihat aku sebagai pecundang. Dan, kau sudah sukses disana. Soo-ah, selama ini sebenarnya aku mencintaimu apakah kau juga begitu?
Sudah dulu ya, jangan lupa balas surat ini ya sesibuk apa dirimu, hehe!
+_ Jung Hyerin _+
‘Nado saranghae, Jung Hyerin-ah.’

*
“Myungsoo, jangan pergi!” ucap seseorang perempuan, menarik-narik baju yang dikenakan Myungsoo.
“Aku harus pulang ke Korea, Hana-chan,” balas Myungsoo datar.
“Tapi, apa kau tidak mengerti perasaanku?” Hana menahan kalimatnya, “aku menyukaimu.”
Myungsoo tercengang, “Tapi aku tidak bisa, Hana apa kau tidak malu? Kita ditatap oleh orang-orang disekitar sini,” ucap Myungsoo.
“Aku tidak malu, bahkan jika direktur tahu aku tidak apa. Aku menyukaimu, sangat. Aku menyadarinya saat aku mengajarimu bermain gitar.”
“Apa?! Aku tidak bisa, maafkan aku. Aku mencintai seseorang...”
“Kau masih memikirkannya? Bahkan kau tak tahu apa yang terjadi dengannya, apa kau hanya bisa memikirkan dirinya? Tidak ingin mencoba bersamaku?”
“Maafkan aku, cinta tak bisa dipaksakan Hana. Aku tahu ada yang lebih baik untukmu, maafkan aku. Aku harus pergi sekarang.”
Myungsoo menarik kopernya, mencari taksi untuk ke bandara. Hyerin, ia ingin bertemu dengannya ups, begitu juga eommanya.
*
Myungsoo mengetuk pintu rumahnya, senyuman manis terkembang di wajah wanita tersebut. Ibunya.
“Myungsoo, ibu merindukanmu. Kau tampak kurus, pasti kau jarang makan. Ibu akan memasakan makanan kesukaanmu,” ia masih saja tersenyum seraya mencubit pipi Myungsoo.
Myungsoo membalas tersenyum.
Eomma, aku kerumah Hyerin ya?”
Wajah eomma Myungsoo berubah menjadi muram seketika.
“Kenapa eomma?” tanya Myungsoo.
“Ceritanya panjang, rumah sakit yang ia tempati terbakar. Bukankah Woohyun sudah mengatakannya?”
“Tidak, tidak mungkin. Ia mengirimi ku surat,” bantah Myungsoo.
“Datanglah kerumahnya jika kau tidak percaya,” suruh ibunya.
Myungsoo mengetuk pintu rumah Hyerin. Seseorang membukakan pintunya, Woohyun.
Annyeong haseyo hyung.”
Nado annyeong, kau mencari Hyerin? Aku tidak tahu dia dimana sekarang, lebih baik kau pulang.”
Woohyun menutup pintu rumah. Myungsoo mendengus.
Myungsoo mendatangi tempat yang sering mereka berdua datangi, ia menatap pohon rimbun itu semakin lama semakin gersang.
‘Berapa lama aku meninggalkanmu? Jadi kau sangat gersang!’ Myungsoo berujar dalam hati.
Myungsoo berjongkok, masih banyak clover yang tumbuh. Ia teringat Hyerin pernah memberinya dengan 4 daun. Apa yang Hyerin harapkan saat itu, ia tidak tahu. Myungsoo menemukan daun clover dengan 4 daun, katanya harapan kita akan terkabul jika memohon. Ya, itu hanya sebuah kepercayaan saja.
“Apa yang Hyerin harapkan saat itu adalah harapan ku sekarang!”
*
Myungsoo terbangun dari tidur nyenyaknya, sudah pukul 07.00 KST. Ia menggeliat pelan. Myungsoo berjalan kearah dapur, ia meneguk segelas air mineral.
Ponselnya berdering.
“Halo,” ucap Myungsoo.
“Apa benar ini tuan Kim Myungsoo?”
“Ya, kenapa?”
“Kami dari AA Entertainment, ingin membicarakan. Apakah anda berminat bergabung dengan perusahaan kami? Masalah uang bisa dibicarakan nanti, kapan anda ingin bertemu dengan kami?”
“Hari ini, mungkin pukul 11.00 KST.”
“Baiklah, alamat akan kami kirim lewat pesan singkat. Terima kasih.”
“Telpon dari siapa?” tanya ibu Myungsoo, membuat dirinya kaget.
“Ada yang menawari ku untuk bergabung dengan suatu perusahaan,” jelas Myungsoo.
Ibunya hanya mengangguk.
*
Myungsoo hari ini ada pemotretan di Pulau Jeju.
“Myungsoo istirahat sebentar,” ucap manajernya seraya menyodorkan minuman kepada Myungsoo.
“Terimakasih,” sahut Myungsoo.
Ia sedang berada di Pulau Jeju untuk pemotretan. Myungsoo memandangi panorama indah di pulau ini.
“Jung Hyerin!” pekik seseorang seraya memeluknya. “Lama tidak berjumpa, kau ada pemotretan juga kan hari ini?” tanyanya.
Myungsoo menatap kearah sumber suara, Jiyeon sedang berbicara dengan seorang perempuan. Siapa dia?
“Myungsoo –ssi, ini temanku. Hyerin, Jung Hyerin,” Jiyeon memperkenalkan.
“Senang bertemu denganmu,” ucap Myungsoo.
“Aku juga.”
*
Dua tahun kemudian...
Myungsoo sangat sukses. Tentang perempuan di pulau Jeju itu ia tidak tahu siapa.
Myungsoo menatap bingkai foto, foto mereka berdua. “Beginilah, mungkin akhir cerita kita.” Myungsoo tersenyum.
“Aku akan tetap mencintaimu, aku berharap dikehidupan kita yang kedua kita bertemu. Dan bersama kembali.”

End
Memories of love, between U and I.
Will be endless. I love u.


1.      Hyung : panggilan dari laki-laki yang lebih muda untuk yang lebih tua
2.      Ne : ya
3.      Eomma : ibu
4.      Mwo : apa
5.      Wae : kenapa
6.      Jebal : ku mohon
7.      Annyeong : halo
8.      Ajussi : paman
9.      Mianhamnida : maaf
10.  Oniisan : panggilan kakak untuk laki –laki yang lebih tua (bahasa jepang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar