ini sambungan cerita onew, dan skrg partny minho mian gaje absurd or deelel lh... pokoknya dont bash, n dont be plagiator... okey? Kamsa
Cast : SHINee, Lee Jiyeon
Cameo : Choi Hyun –Ah
Genre : Romance
Length : Drabble
Jiyeon
meletakkan setumpuk buku referensi di meja, ia melap keringatnya. Jiyeon
mendengus laki –laki yang duduk disampingnya tidak membantunya dan malah asyik
dengan buku yang sedang ia baca dan headset
yang terpasang di telinganya.
“YA!
Choi Minho, apa yang sedari tadi kau baca dan lagu apa yang kau dengar? Kau
tidak membantukudan asyik sendiri, ck!” Jiyeon mengambil paksa buku yang dibaca
Minho secara paksa dan membacanya.
“Min…ho…”
Jiyeon tergagap.
“Tidak
usah kau baca!” Minho menarik kembali buku ditangan Jiyeon.
“Kenapa
kau membaca diary Hyun –Ah eonnie?
Karena kau adiknya? Dia meninggal hanya karena kesedak tulang ayam, itu yang
masih membuatmu tidak rela untuk melepasnya?” cerocos Jiyeon.
“Itu…”
“Sudahlah.
Tidak apa –apa. Minho maafkan aku, minggu ini aku harus pulang. Sudah satu
minggu lebih aku di Korea, aku pulang karena Hyun –Ah eonnie yang… mungkin tidak perlu kuteruskan, aku pulang bukan
karenamu. Maaf.”
Jiyeon membawa setumpuk buku yang ia bawa
sedari tadi, apa perasaan ini bukankah Hyun –Ah adalah kakak kandung Minho?
Kenapa rasa cemburu begitu melekat di dalam dirinya?
☔☔☔
Minho
mengacak rambutnya frustasi, ia kembali teringat perkataan Jiyeon ‘aku pulang bukan karena mu. Maaf.’
Astaga
benar –benar menyedihkan.
“Kenapa?
Bum oppa di Korea? Dimana?” tanya
Jiyeon senang.
Jiyeon
merengut. “Iya, tidak apa –apa jaga dirimu baik –baik.” Jiyeon menyudahi
pembicaraannya dengan lelaki yang bernama Bum.
☔☔☔
Hari
ini Jiyeon membeli tiket untuk keberangkatannya ke Paris, meskipun belum
saatnya. Ia membelinya karena takut kalau kehabisan.
Sementara
itu, Minho dikamarnya mencoba berpikir apa yang harus ia lakukan. Triing, sebuah ide brilliant muncul dibenaknya.
Ia
bergegas mengambil kunci mobilnya dan menelpon Jiyeon, “Halo, kau sekarang
dimana? Iya, baiklah.”
Minho
memandang seorang laki –laki yang keluar dari hotel tempat Jiyeon menginap,
laki –laki itu menggandeng seorang perempuan. Benarkah itu Jiyeon? Tidak salah
lagi itu memang Jiyeon, tetapi siapa laki –laki itu?
Minho
mengikuti arah motor sport berwarna pink itu pergi. Sampai disuatu tempat yang
begitu indah dan tenang, tempat dimana
jasad Hyun –Ah dimakamkan. Seberapa dekatnya Jiyeon dengan kakaknya? Ia
yang jelas adik kandungmya saja tidak terlalu perhatian dengan kakaknya,
mengapa Jiyeon begitu perhatian? Semua pertanyaan pada Jiyeon berkecamuk
dikepalanya.
Minho
memutar balik mobilnya dan pergi dari tempat itu sebelum Jiyeon menyadari Minho
memerhatikannya.
Ponsel
Minho berdering, “YA! Minho, bukankah
kau berjanji ingin menemuiku? Kenapa kau tidak datang?” ucap suara diseberang
sana dengan berteriak. Minho bergeming tanpa membalas satu kata pun.
“Penerbanganku
dipercepat, jadi hari esok. Itu mungkin hari terakhir kita bertemu, karena aku
akan menetap di Paris. Kuharap kau datang ke bandara besok, ah kau sibuk ya?
Tidak datang juga tidak perlu, tapi satu hal yang perlu kau ketahui. Hyun –Ah eonnie pernah memberikan padaku hadiah
yang … ya karena itu aku selalu perhatian padanya. Kakakku, Lee Jinki. Tidak
tahu apa yang diberikannya, apa kau tahu Minho –ya? Dia memberikan ginjalnya
padaku saat liburan musim panas. Maafkan aku Minho –ya.” Jiyeon mengakhiri
pembicaraannya dengan Minho, sebelum itu Miho mendengar isak tangisnya.
“Tsk!”
Minho mengacak rambutnya frustasi. Jiyeon semakin lama membuat perasaannya
semakin kalut.
Ia
tidak dapat tidur, hanya karena memikirkan Jiyeon ditemani bulan yang masih
bersinar.
☔☔☔
Dengan
cepat Minho berlari, ia tidak ingin membiarkan Jiyeon pergi lebih dahulu. Minho
menatap keseluruh penjuru arah tapi ia tidak menemukan sosok Jiyeon.
Penerbangan
ke Paris sudah…
Haruskah ia melupakan
Jiyeon? -pikir Minho.
Minho
berjalan keluar dari Bandara, ternyata diluar sedang hujan sama seperti yang
sedang ia rasakan, sakit.
“Choi
Minho!” panggil seseorang dari kejauhan.
Minho
mencari sumber suara, begitu kagetnya ia dengan apa yang ia lihat. Ia
menghampiri perempuan itu.
“Kenapa
kau hujan –hujanan seperti ini, kalau kau sakit bagaimana?” perempuan itu
memayungi tubuh Minho yang sudah basah kuyup terlihat raut panik tersirat
diwajahnya.
Minho
tidak menjawab sama sekali pertanyaannya dan ia malah tersenyum dan memeluk
tubuh perempuan itu.
“Bodoh!
Aku sudah menelponmu, mengirim pesan padamu, kalau aku akan menetap diKorea.
Astaga, Choi Minho.”
“Semua
ini kulakukan karena aku takut kehilanganmu, aku mencintaimu.”
Jiyeon
memandang Minho sesaat dan mereka berpelukan ditengah hujan deras deras dibawah
payung.
End
“Ini
ceritaku puaskan?” tanya Minho.
“Hihihi,”
Taemin terkekeh. “Tapi aku masih penasaran dengan laki –laki yang bernama Bum
itu,” ucap Taemin.
Minho
dan Key berpandangan sesaat. “Rahasia.” Ucap mereka hampir bersamaan.
Taemin
merengut.
“Jadi
Hyun –ah itu kakakmu? Ah, kenapa bisa begini!” Onew bersedih. “Kau masih dengan
adikku, tapi aku…” Onew menggantung
kalimatnya.
“Sabar
hyung, aku juga pernah merasakannya.
Lebih baik kita selesaikan cerita Jonghyun hyung
dan Key hyung,” ucap Taemin bijak.
“Ya,
ya, Jonghyun kau duluan. Kalau kau tidak mau kau harus membelikan ku ayam 100
potong,” titah Onew.
“Aish,
baiklah,” ucap Jonghyun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar