Sabtu, 19 Januari 2013

FF Because I Love U

alloha... lama tak jumpa ^^

ini sambungan cerita onew, dan skrg partny minho mian gaje absurd or deelel lh... pokoknya dont bash, n dont be plagiator... okey? Kamsa


Cast                 : SHINee, Lee Jiyeon
Cameo             : Choi Hyun –Ah
Genre              : Romance
Length             : Drabble



Jiyeon meletakkan setumpuk buku referensi di meja, ia melap keringatnya. Jiyeon mendengus laki –laki yang duduk disampingnya tidak membantunya dan malah asyik dengan buku yang sedang ia baca dan headset yang terpasang di telinganya.

“YA! Choi Minho, apa yang sedari tadi kau baca dan lagu apa yang kau dengar? Kau tidak membantukudan asyik sendiri, ck!” Jiyeon mengambil paksa buku yang dibaca Minho secara paksa dan membacanya.

“Min…ho…” Jiyeon tergagap.

“Tidak usah kau baca!” Minho menarik kembali buku ditangan Jiyeon.

“Kenapa kau membaca diary Hyun –Ah eonnie? Karena kau adiknya? Dia meninggal hanya karena kesedak tulang ayam, itu yang masih membuatmu tidak rela untuk melepasnya?” cerocos Jiyeon.

“Itu…”

“Sudahlah. Tidak apa –apa. Minho maafkan aku, minggu ini aku harus pulang. Sudah satu minggu lebih aku di Korea, aku pulang karena Hyun –Ah eonnie yang… mungkin tidak perlu kuteruskan, aku pulang bukan karenamu. Maaf.”

 Jiyeon membawa setumpuk buku yang ia bawa sedari tadi, apa perasaan ini bukankah Hyun –Ah adalah kakak kandung Minho? Kenapa rasa cemburu begitu melekat di dalam dirinya?

☔☔☔
Minho mengacak rambutnya frustasi, ia kembali teringat perkataan Jiyeon ‘aku pulang bukan karena mu. Maaf.’
Astaga benar –benar menyedihkan.

“Kenapa? Bum oppa di Korea? Dimana?” tanya Jiyeon senang.

Jiyeon merengut. “Iya, tidak apa –apa jaga dirimu baik –baik.” Jiyeon menyudahi pembicaraannya dengan lelaki yang bernama Bum.

☔☔☔
Hari ini Jiyeon membeli tiket untuk keberangkatannya ke Paris, meskipun belum saatnya. Ia membelinya karena takut kalau kehabisan.

Sementara itu, Minho dikamarnya mencoba berpikir apa yang harus ia lakukan. Triing, sebuah ide brilliant muncul dibenaknya.

Ia bergegas mengambil kunci mobilnya dan menelpon Jiyeon, “Halo, kau sekarang dimana? Iya, baiklah.”

Minho memandang seorang laki –laki yang keluar dari hotel tempat Jiyeon menginap, laki –laki itu menggandeng seorang perempuan. Benarkah itu Jiyeon? Tidak salah lagi itu memang Jiyeon, tetapi siapa laki –laki itu?

Minho mengikuti arah motor sport berwarna pink itu pergi. Sampai disuatu tempat yang begitu indah dan tenang, tempat dimana  jasad Hyun –Ah dimakamkan. Seberapa dekatnya Jiyeon dengan kakaknya? Ia yang jelas adik kandungmya saja tidak terlalu perhatian dengan kakaknya, mengapa Jiyeon begitu perhatian? Semua pertanyaan pada Jiyeon berkecamuk dikepalanya.

Minho memutar balik mobilnya dan pergi dari tempat itu sebelum Jiyeon menyadari Minho memerhatikannya.

Ponsel Minho berdering, “YA! Minho, bukankah kau berjanji ingin menemuiku? Kenapa kau tidak datang?” ucap suara diseberang sana dengan berteriak. Minho bergeming tanpa membalas satu kata pun.

“Penerbanganku dipercepat, jadi hari esok. Itu mungkin hari terakhir kita bertemu, karena aku akan menetap di Paris. Kuharap kau datang ke bandara besok, ah kau sibuk ya? Tidak datang juga tidak perlu, tapi satu hal yang perlu kau ketahui. Hyun –Ah eonnie pernah memberikan padaku hadiah yang … ya karena itu aku selalu perhatian padanya. Kakakku, Lee Jinki. Tidak tahu apa yang diberikannya, apa kau tahu Minho –ya? Dia memberikan ginjalnya padaku saat liburan musim panas. Maafkan aku Minho –ya.” Jiyeon mengakhiri pembicaraannya dengan Minho, sebelum itu Miho mendengar isak tangisnya.

“Tsk!” Minho mengacak rambutnya frustasi. Jiyeon semakin lama membuat perasaannya semakin kalut.

Ia tidak dapat tidur, hanya karena memikirkan Jiyeon ditemani bulan yang masih bersinar.

☔☔☔

Dengan cepat Minho berlari, ia tidak ingin membiarkan Jiyeon pergi lebih dahulu. Minho menatap keseluruh penjuru arah tapi ia tidak menemukan sosok Jiyeon.

Penerbangan ke Paris sudah…

Haruskah ia melupakan Jiyeon?                    -pikir Minho.

Minho berjalan keluar dari Bandara, ternyata diluar sedang hujan sama seperti yang sedang ia rasakan, sakit.

“Choi Minho!” panggil seseorang dari kejauhan.

Minho mencari sumber suara, begitu kagetnya ia dengan apa yang ia lihat. Ia menghampiri perempuan itu.

“Kenapa kau hujan –hujanan seperti ini, kalau kau sakit bagaimana?” perempuan itu memayungi tubuh Minho yang sudah basah kuyup terlihat raut panik tersirat diwajahnya.

Minho tidak menjawab sama sekali pertanyaannya dan ia malah tersenyum dan memeluk tubuh perempuan itu.


“Bodoh! Aku sudah menelponmu, mengirim pesan padamu, kalau aku akan menetap diKorea. Astaga, Choi Minho.”

“Semua ini kulakukan karena aku takut kehilanganmu, aku mencintaimu.”

Jiyeon memandang Minho sesaat dan mereka berpelukan ditengah hujan deras deras dibawah payung.

End

“Ini ceritaku puaskan?” tanya Minho.

“Hihihi,” Taemin terkekeh. “Tapi aku masih penasaran dengan laki –laki yang bernama Bum itu,” ucap Taemin.

Minho dan Key berpandangan sesaat. “Rahasia.” Ucap mereka hampir bersamaan.

Taemin merengut.

“Jadi Hyun –ah itu kakakmu? Ah, kenapa bisa begini!” Onew bersedih. “Kau masih dengan adikku, tapi aku…” Onew  menggantung kalimatnya.

“Sabar hyung, aku juga pernah merasakannya. Lebih baik kita selesaikan cerita Jonghyun hyung dan Key hyung,” ucap Taemin bijak.

“Ya, ya, Jonghyun kau duluan. Kalau kau tidak mau kau harus membelikan ku ayam 100 potong,” titah Onew.

“Aish, baiklah,” ucap Jonghyun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar